Trade Openness, Economic Agglomeration And Demand for Manufacturing Labor: Empirical Evidence in Indonesia
Abstract
Tarif impor yang semakin menurun di negara-negara berkembang khususnya Indonesia selama dua dekade terakhir dalam jangka pendek memiliki hubungan positif dengan permintaan tenaga kerja formal manufaktur. Akan tetapi pada jangka menengah dalam periode 5 tahunan, penurunan tarif impor dan permintaan tenaga kerja formal manufaktur menunjukkan hubungan negatif. Adanya keterbukaan perdagangan mendorong mobilitas tenaga kerja, baik antar daerah dan antar sektor yang mengakibatkan aglomerasi ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penurunan tarif impor sektor manufaktur terhadap permintaan tenaga kerja formal manufaktur pada jangka menengah di tingkat kabupaten/kota dengan pendekatan Regional Tariff Exposure sektor manufaktur. Pendekatan Regional Tariff Exposure sektor manufaktur pada penelitian ini menggunakan pengembangan dari model faktor spesifik. Dengan menggunakan estimasi regresi tertimbang dan menerapkan selisih antar waktu 5 tahun diperoleh hasil bahwa Regional Tariff Exposure sektor manufaktur berpengaruh negatif terhadap permintaan tenaga kerja formal manufaktur. Sementara sektor manufaktur yang terdiversifikasi pada suatu wilayah terdampak pengaruh paparan tarif yang lebih kecil terhadap permintaan tenaga kerja formal manufaktur dibandingkan pengaruh langsung dari paparan penurunan tarif. Hal ini dapat menjadi solusi dalam pembentukan kawasan industri yang beragam untuk mengurangi paparan akibat perdagangan.
Kata kunciĀ : Keterbukaan Perdagangan; permintaan tenaga kerja; aglomerasi ekonomi,
Klasifikasi JEL : F16, J23, R23
Downloads
References
Autor, D., Dorn, D., & Hanson, G. (2013). The China syndrome: Local labor market effects of import competition in the United States. American Economic Review, 103 (6), 2121-68.
Badan Pusat Statistik. (2000-2018). Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Dix-Carneiro, R., & Kovak, B. (2017). Trade Liberalization and Regional Dynamics. American Economic Review, 2908-2946.
Fullerton, A., & Villemez, W. (2011). Why does the spatial agglomeration of firms benefit workers? Examining the role of organizational diversity in US Industries and Labor Markets. Social forces, 89 (4), 1145-1164.
Golub, M. (1997). International labor standards and international trade. International Monetary Fund.
Henderson, J., & Kuncoro, A. (1996). Industrial Centralization in Indonesia. The World Bank Economic Review, 10, 513-540.
Henstridge, M., Burnik, G., Cabello, M., Chiappe, F., Crawfurd, L., De, S., . . . Jakobsen, M. (2013). Growth in Indonesia: is it sustainable? Oxford: Oxford: Oxford Policy Management.
Jones, R. (1975). Income distribution and effective protection in a multicommodity trade model. Journal of Economic Theory, 11(1), 1-15.
Kis-Katos, K., & Sparrow, R. (2015). Poverty, labor markets and trade liberalization in Indonesia. Journal of development Economics, 94-106.
Muendler, M.-A. (2010). Trade reform, employment allocation and worker flows. Trade Adjustment Costs in Developing Countries: Impacts, Determinants and Policy Responses, World Bank, Washington, DC.
UNCTAD. (2013). Key Statistics and Trends in Trade Policy 2015. Geneva 10, Switzerland: United Nation.
Viladecans-Marsal, E. (2004). Agglomeration economies and industrial location: city-level evidence. Journal of Economic Geography, 4(5), 565-582.
Wooldridge, J. (2016). Introductory Econometrics: A modern Approach Sixth Edition. Canada: Nelson Education.