Implementasi Arsitektur Tradisional Bali pada Tampilan Bangunan Krematorium Hindu di Buleleng
Abstract
Dalam arsitektur tradisional Bali, bentuk, ruang dan ukuran diciptakan berdasarkan fungsi. Ketika ada aktivitas yang berbeda, wadah yang berbeda muncul untuk mengakomodasi aktivitas tersebut. Semakin banyak aktivitas berubah, semakin banyak wadah yang civitas perlukan. Ngaben merupakan ritual kematian yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali yang pelaksanaannya membutuhkan biaya yang tinggi, sehingga dengan kondisi tersebut masyarakat Bali mencari suatu alternatif yaitu ngaben di krematorium. Di Singaraja terdapat fasilitas kremasi yang terbilang kurang memadai dengan ketersediaan fasilitas yang terbatas yaitu Krematorium Rumah Duka YPUH. YPUH menggunakan Weda dan Lontar Yama Purwana Tattwa sebagai dasar dan teknik sederhana upacara ngaben yang dulunya boros biaya kini menjadi lebih efisien. Latar belakang inilah yang menjadikan ngaben di Krematorium menarik untuk dikaji untuk mengetahui: 1). Latar belakang masyarakat memilih ngaben di Krematorium, 2). Metode yang digunakan Krematorium dalam mencapai efisiensi biaya pada upacara ngaben, 3). Dampak yang ditimbulkan dari penyederhanaan biaya terhadap hakikat upacara ngaben.
Kata Kunci: arsitektur tradisional bali, tampilan bangunan, krematorium, biaya ngaben, efisiensi biaya, penyederhanaan ngaben