PREVALENSI NON FUNCTIONAL OVERREACHING DAN OVERTRAINING SYNDROME PADA ATLET KEMPO, LARI, DAN TARUNG DERAJAT PRA PON PROVINSI BALI TAHUN 2015
Abstract
Non functional overreaching (NFOR) dan Overtraining Syndrome (OTS) adalah penurunan performa atlet dengan atau tanpa gejala fisiologis dan psikologis selama waktu tertentu, yang berlangsung lebih dari dua minggu hingga bulan (NFOR) dan lebih dari dua bulan hingga bertahun-tahun (OTS). Terdapat berbagai kriteria yang menjadi petunjuk terjadinya NFOR dan OTS. Penurunan performa yang berlangsung lama bersamaan dengan gangguan psikologis menjadi faktor penting sebagai petunjuk NFOR dan OTS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi atlet kempo, lari dan tarung derajat pra PON Provinsi Bali yang mengalami NFOR dan OTS. Desain penelitian adalah penelitian deskriptif dengan 35 responden atlet dari berbagai level kompetisi. Data diperoleh menggunakan recovery stress quostionare for athletes (RESTQ). Karakteristik responden dan analisis data dilakukan melalui microsoft excel. Hasil deskriptif karakteristik responden menunjukan responden laki-laki berjumlah 22 orang (62,8%) dan perempuan berjumlah 13 orang (37,2%), umur responden berada di antara 16 sampai 32 tahun dengan rerata 20,14±3,97 tahun. Prevalensi NFOR dan OTS didapatkan 9 orang atlet (25,7%) di mana 8 orang (22.8%) dikategori menjadi NFOR dan 1 orang (2,9%) dikategori menjadi OTS. Prevalensi NFOR/OTS lebih tinggi pada perempuan (35,7%) daripada laki-laki (18,2%). Ada 7 orang (28%) yang mengalami NFOR/OTS berkompetisi di tingkat nasional dan 2 orang (20%) di tingkat regional. Disimpulkan bahwa ditemukan atlet kempo, lari dan tarung derajat pra PON Provinsi Bali yang mengalami NFOR dan OTS dengan prevalensi 25,7%.
Kata Kunci: Non Functional Overreaching (NFOR), Overtraining Syndrome (OTS), dan atlet