GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KINERJA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS MENGWI I KABUPATEN BADUNG PADA BULAN JULI- AGUSTUS 2015
Abstract
Ketidaksesuaian capaian target posyandu merupakan masalah kesehatan yang cukup penting. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, capaian balita ditimbang secara nasional sebesar 80,8% dan Provinsi Bali sebesar 87 % sedangkan pada Puskesmas Mengwi I sebesar 77,5 %. Capaian yang masih belum memenuhi target ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah peran kader sebagai penggerak utama kegiatan posyandu. Peneliti berasumsi rendahnya capaian posyandu ini disebabkan karena pengetahuan dan kinerja kader yang kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan kinerja kader posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas Mengwi I.Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional dengan teknik purposive sampling, karena peneliti ingin mengetahui pengetahuan dan kinerja kader yang kurang di wilayah kerja puskesmas. Sebanyak 84 orang kader dari Desa Mengwi dan Desa Baha dipilih sebagai responden karena kedua desa tersebut memiliki capaian posyandu terendah. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Variabel yang diteliti meliputi usia, tingkat pendidikan, lamanya menjadi kader, pekerjaan, insentif, penghasilan, alasan menjadi kader, riwayat pelatihan, tingkat pengetahuan dan kinerja. Distribusi frekuensi karakteristik demografi kader Posyandu Puskesmas Mengwi I terbesar pada usia 31-40 tahun (46,43%), tingkat pendidikan tinggi (73,8%), tidak bekerja (51,2%), masa kerja lebih dari 5 tahun (66,7%), berpenghasilan rendah (90,5%), sukarela menjadi kader (61,9%), dan pernah mengikuti pelatihan (88,1%). Sebagian besar kader memiliki pengetahuan baik tentang posyandu yaitu sebesar 60,7% sedangkan yang memiliki kinerja kurang baik yaitu sebesar 59,5%. Berdasarkan karakteristik demografi, proporsi pengetahuan baik cenderung terlihat pada kelompok usia <30 tahun, tingkat pendidikan tinggi, bekerja, lama menjadi kader ?5 tahun, alasan ditunjuk sebagai kader (71,8%), dan pernah mengikuti pelatihan sebelumnya (63,5%). Sedangkan proporsi kader dengan kinerja yang baik cenderung terlihat pada kelompok usia < 30 tahun (57,1 %), pendidikan tinggi (45,2%), beralasan ditunjuk sebagai kader (59,3%), pernah mengikuti pelatihan sebelumnya (43,3%), dan berpengetahuan baik (45,1%). Kinerja yang kurang salah satunya dapat ditingkatkan dengan pelatihan yang lebih menekankan praktek. Evaluasi dan monitoring juga perlu dilakukan untuk memastikan kader telah melakukan tugasnya dengan baik.