PREVALENSI MASALAH EMOSI DAN PRILAKU PADA ANAK PRASEKOLAH DI DUSUN PANDE, KECAMATAN DENPASAR TIMUR
Abstract
Anak-anak merupakan penerus suatu bangsa. Kualitas hidup anak sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Kualitas hidup anak salah satunya ditentukan oleh kesehatan baik fisik maupun mental. Kesehatan mental berkaitan dengan masalah emosi dan prilaku pada anak. Adanya gangguan terhadap hal ini dapat menurunkan fungsi mereka dalam kehidupan sehari-hari sehingga penting untuk mendeteksi adanya kelainan emosi dan tingkah laku pada anak sejak dini sebelum anak memasuki masa sekolah.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi masalah emosi dan prilaku pada anak prasekolah di Dusun Pande, Kecamatan Denpasar Timur.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif cross sectional, dilakukan pada bulan November 2014 di Dusun Pande, Kecamatan Denpasar Timur. Sample adalah semua populasi anak usia pra sekolah di Dusun Pande, sejumlah 51 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang didapat dari pengisian kuisoner karakteristik responden dan kuisioner SDQ oleh orang tua.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa nilai abnormal pada skala emosional terbanyak pada kelompok usia 6 tahun (83.3%). Begitupula pada skala hiperaktivitas (100%) dan hubungan dengan teman sebaya (75%). Total nilai kesulitan baik pada perempuan maupun laki-laki sebagian besar berada dalam rentang normal. Apabila dilihat dari skala kesulitan, nilai abnormal pada skala emosional didapatkan lebih banyak pada perempuan (66.8%), sedangkan pada skala tingkah laku, nilai abnormal lebih banyak terdapat pada laki-laki (75%). Berdasarkan pola asuh orang tua, nilai abnormal pada skala emosional dan tingkah laku sebagian besar dari pola asuh otoriter (66.7%) dan (75%). Semua resonden dengan nilai abnormal memiliki penghasilan 1.000.000-3.000.000 rupiah setiap bulan.
Dapat disimpulkan bahwa total nilai kesulitan abnormal terbanyak terdapat pada kelompok usia 6 tahun, jenis kelamin perempuan dan pada anak dengan pola asuh otoriter, sedangkan hasil yang berbeda terlihat pada masing-masing skala penilaian kuisioner SDQ.