PENURUNAN RESOLUSI SKOR ELEVASI SEGMEN ST TERINTEGRASI (SESSTI) SEBAGAI PREDIKTOR KEJADIAN KARDIOVASKULAR MAYOR PADA PASIEN STEMI YANG DILAKUKAN INTERVENSI KORONER PERKUTAN (IKP) PRIMER SELAMA RAWAT INAP
Abstract
Latar Belakang-Reperfusi dini dengan intervensi koroner perkutan (IKP) primer telah meningkatkan hasil secara substansial untuk pasien ST-elevation myocardial infarction (STEMI). Namun, terlepas dari efisiensi IKP primer, angka kematian di rumah sakit setelah infark miokard akut (AMI) tetap tinggi. Mendeteksi pasien dengan risiko tinggi untuk kejadian lebih lanjut seperti infark ulang atau kematian pada pasien pasca IKP primer, diperlukan untuk tatalaksana lebih dini sehingga mengurangi risiko efek samping. Resolusi segmen ST setelah IKP primer atau trombolisis merupakan indikasi untuk reperfusi yang efisien pada tingkat jaringan miokard. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada pasien STEMI, adanya resolusi elevasi segmen ST adalah prediktor yang baik untuk patensi arteri yang berhubungan dengan infark (IRA), dan berkorelasi terbalik dengan kematian.
Metode-Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan kohort prospektif untuk membuktikan hubungan Skor Elevasi Segmen ST terIntegrasi (SESSTI) sebagai indikator skor berbasis EKG terhadap kejadian kardiovaskular mayor dan mortalitas selama perawatan di rumah sakit pada pasien STEMI yang dilakukan IKP primer. Kriteria inklusi adalah semua pasien STEMI killip 1 yang berhasil dilakukan IKP primer dengan onset kurang dari 12 jam. Penghitungan SESSTI berdasarkan EKG saat pasien datang dan setelah 1 jam dilakukan fibrinolitik. Subyek penelitian akan dibagi dua kelompok berdasarkan SESSTI < 50% dan SESSTI ? 50%.
Hasil-Penelitian dilakukan dari 1 maret-30 mei 2017 di RSUP Prof Ngoerah. Telah didapatkan 61 sampel dengan 53 pasien berjenis kelamin laki-laki (86,9 %), rentang usia 27-84 tahun, onset nyeri dada 1.5 jam – 11.5 jam, lokasi STEMI terbanyak di anterior yaitu 30 pasien ( 49,2 %), didapatkan 2 sampel mengalami kematian yang disebabkan karena VT/VF dan syok kardiogenik. 6 pasien lainnya mengalam kejadian kardiovaskular mayor selama masa perawatan. Didapatkan 13 pasien dengan resolusi SESSTI < 50 % dan 48 pasien dengan SESSTI ? 50%. Pada uji log rank tampak bahwa terdapat perbedaan kesintasan yang bermakna (p=0,002) antara kelompok STEMI dengan resolusi SESSTI < 50% paska IKP (rerata kesintasan 467,462 jam; 95% CI 292,439-642,484) dibandingkan dengan kelompok STEMI dengan resolusi SESSTI?50% (rerata kesintasan 676,542 jam; 95% CI 628,925-724,158). Dapat disimpulkan bahwa pasien STEMI dengan resolusi SESSTI < 50% memiliki kesintasan selama masa perawatan yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien STEMI dengan resolusi SESSTI?50%. Dan setelah dilakukan analisa multivariat setelah dikontrol dengan variabel perancu resolusi SESSTI<50% paska IKP primer merupakan prediktor independen KKM selama perawatan di rumah sakit setelah dilakukan kendali dengan variabel yang dianggap sebagai perancu dengan masing p=0,0036(HR= 4,994; 95%CI 1,110-22,474).
Diskusi-Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh McLaughlin dkk, yang membuktikan resolusi segmen ST dan kematian berkorelasi kuat. Pada suatu studi oleh Opincariu dkk, juga menemukan bahwa pada pasien STEMI, adanya resolusi kurang 50% paska IKP primer merupakan pertanda awal peningkatkan risiko tejadinya kematian selama masa perawatan, sehingga resolusi segmen ST bukan hanya pertanda sederhana dari keberhasilan reperfusi tetapi juga sebagai prediktor independen terjadinya KKM selama masa perawatan pada pasien STEMI yang dilakukan IKP primer.
Simpulan-SESSTI adalah skoring berbasis EKG yang sederhana dan berguna untuk pada pasien STEMI yang dilakukan reperfusi baik dengan fibrinolitik maupun IKP primer. Adanya resolusi SESSTI<50% pada pasien STEMI yang telah berhasil dilakukan IKP primer merupakan prediktor independen yang kuat untuk terjadinya KKM dan mortalitas kardiovaskular selama masa rawat inap.
Kata Kunci: skor elevasi segmen ST terintegrasi, kejadian kardiovasakular mayor, STEMI, IKP primer