PEMAKAIAN BAHASA MANGGARAI DALAM MISA INKULTURATIF DIKABUPATEN MANGGARAI
Abstract
Wacana BM yang digunakan dalam misa inkulturatif di Kabupaten Manggarai merupakan wacana ekspresif berwujud monolog. Wacana ini unik, karena hanya terdiri dari satu paragraf pendek, namun struktur pertuturannya utuh yang ditunjukkan oleh ada bagian pendahuluan, prainti, inti, prapenutup, dan penutup. Demikian juga pada aspek fonologis memiliki keunikan yang ditunjukkan oleh bunyi [o] pada kata io ‘ya’, kata kepok ‘puji syukur’, serta bunyi [i] pada kata Mori ‘Tuhan’ yang diucapkan relatif panjang serta intonasi agak tinggi. Keunikan lain terlihat pada aspek sintaksis yang ditunjukkan oleh penggunaan kalimat predikat verba serial serta penggunaan kalimat konstruksi pasif pada kalimat majemuk yang memiliki hubungan ketergantungan parataktik. Verba pada kalimat majemuk ini berupa kata kerja transitif dan oblig agent berupa frase preposisi l-ami ‘oleh kami’ dan l-ite ‘oleh engkau’, sedangkan subjek berupa nomina yang memiliki fungsi sintaktik sebagai patient. BM yang digunakan dalam misa inkulturatif memiliki tiga ragam, yakni ragam biasa, semibeku, dan ragam beku. Makna dan nilai religius yang terkandung di balik penggunaan kedua ragam tersebut kurang dipahami oleh UKEM, karena masing-masing hanya mencapai 43. 22% dan 44, 34%. Mereka hanya memahami makna dan nilai yang terkandung pada penggunaan ragam biasa yang mencapai 71,52%.Downloads
Keywords
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License