Relasi Gramatikal BahasaMelayu Klasik dalam Hikajat ‘Abdullah
Abstract
Beberapa orang ahli linguistik telah mengkaji naskah Bahasa Melayu Klasik namun naskah BMK pada Hikajat ‘Abdullah yang berkenaan dengan Relasi Gramatikal belum pernah dilakukan hingga sekarang ini. Penelitian dan pembahasan tentang tipologi sintaksis BMK secara khusus belum menjadi perhatian para peneliti dan pengamat BMK dengan kerangka kerja sesuai dengan tipologi linguistik. Penelitian ini membahas perihal relasi gramatikal dengan kerangka kerja linguistis Adapun yang menjadi pokok bahasan dalam disertasi ini ialah “Bagaimana Relasi Gramatikal” saling berhubungan dalam BMK yang terdapat pada Hikajat ‘Abdullah. Selain dengan pembahasan yang dilandasi dengan teori tipologi linguistik, penelaahan data penelitian ini juga dilakukan dengan teori tata bahasa formal yaitu Tata bahasa Relasional (TR) dan pembahasan ini juga melibatkan peran semantis yang tercakup pada sebuah bangunan sintaksis secara keseluruhan sehingga orang tidak kehilangan momentum dan masih menyadari bahwa bahasa adalah maujud hak milik umat manusia yang berartikulasi ganda, yaitu bentuk (bunyi) di satu pihak dan arti (makna) di pihak lain. Sasaran pembahasan ini dititik beratkan pada tataran sintaksis namun dengan tidak meninggalkan sama sekali keberterimaan semantis seperti yang disebutkan di atas tadi. Adapun di antara pokok persoalan yang dianalisis tersebut ialah masalah akusativitas, ergativitas, dan medialitas. Adapun tujuan utama penelitian ini ialah menganalisis dan membahas sifat-perilaku gramatikal yang pada gilirannya memperlihatkan peran semantis juga pada tataran sintaktis BMK HABAKM. Dengan demikian, dapatlah ditentukan relasi gramatikal dan peran semantis dari segi tipologi sintaksis BMK HABAKM ini.Setelah menelaah data yang ada pada BMK HABAKM secara tipolgis, dapat disimpulkan bahwa, secara sintaktis, BMK HABAKM memperlakukan S sama dengan A, dan perlakuan yang berbeda dikenakan pada P (S = A, ? P). Oleh karena itu, BMK HABAKM termasuk kelompok bahasa yang bervivot S/A. Sistem relasi gramatikal yang seperti ini membuktikan bahwa BMK pada saat Hikajat ‘Abdullah itu ditulis berkaidah sintaksis sebagai bahasa yang bertipologi nominatif-akusatif. Kalau diamati dengan teliti, perilaku A dan P verba intransitif dalam bahasa ini, kemudian dihubungkan dengan S secara semantis dengan pemakaiannya, kelihatanlah bahwa BMK HABAKM tergolong dalam bahasa yang bersistem Sa dan Sp sebagaisub-bahagian S. Pemarkahan morfologis menunjukkan bahwa terdapat S terpilah (split) dan S alir (fluid) dalam BMK dengan verbanya sebagai poros. Dengan demikian, secara tipologis, BMK lebih merupakan bahasa nominatif-akusatif yang menurunkan diatesis aktif >< pasif karena secara morfosintaktis dimarkahi oleh pola Sintaksis SPvt + (men- >< di-) O daripada bahasa ergatif yang menurunkan diatesis ergatif dan anti-pasif itu. Pengkajian tipologis yang menempatkan BMK sebagai bahasa nominatif-akusatif, secara sintaktis, membuktikan bahwa terdapat dua perbandingan penting dalam menentukan tipologi BMK: (i) perbandingan klausa intransitif dan klausa transitif, (ii) perbandingan peran semantik A dan P pada klausa intransitif. Dengan mempertimbangkan betapa penting perilaku relasi gramatikal, peran semantis, dan juga fungsi (komunikatif) pragmatis pada klausa BMK, maka ada baiknya kajian tipologi sintaksis diteruskan dengan kajian tipologi fungsional.Jika dikaitkan dengan fungsi pragmatis, maka BMK termasuk bahasa yang menonjolkan/mementingkan subjek. Dengan perkataan lain, konstruksi dasar klausa BMK lebih tepat diperlakukan sebagai “Subjek-Predikat” daripada sebagai “Topik-Komen”. Sebagai bahasa yang bertiopologi sintaktis nominatif-akusatif BMK HABAKM mengenal diatesis aktif (diatesis dasar) >< diatesis pasif (diatesis turunan), ergatif, dan diatesis medial.Downloads
Keywords
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License