DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN ROA INDUSTRI PERBANKAN REGIONAL STUDI KASUS PADA PT BANK SINAR HARAPAN BALI
Abstract
Perkembangan industri perbankan regional di daerah Bali tidak saja bermanfaat dalam rangka peningkatan peran mediasi perbankan yang berfungsi mendorong pertumbuhan produksi dan investasi ditingkat regional, tetapi juga dapat menjadi alternative pemerataan usaha yang banyak menyerap lapangan kerja.
Meskipun keberadaan industri perbankan sangat strategis sebagai agent of development ditingkat regional, namun masih menjadi permasalahan yang perlu dikaji secara lebih mendalam yaitu bahwa kebijakan moneter Bank Indonesia yang dilaksanakan berlaku umum, dapat menjadi faktor kendala dalam memperkuat pertumbuhan usaha perbankan regional.
Penelitian ini memilih Bank Sinar Harapan Bali sebagai representative industri perbankan tingkat regional untuk dikaji dan dipetakan arah pertumbuhan usahanya yang terdampak dari penetapan kebijakan moneter Bank Indonesia. Pertumbuhan usaha Bank Sinar Harapan Bali ditentukan berdasarkan tolok ukur kinerja Return On Asset (ROA), yang akan dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter Suku bunga SBI dan kebijakan moneter Giro Wajib Minimum (GWM). Kedua instrumen kebijakan SBI dan GWM adalah perangkat kebijakan moneter Bank Sentral yang akan berdampak pada kinerja usaha Bank Sinar Harapan Bali, baik melalui pengaruh langsung maupun melalui pengaruh secara tidak langsung melalui LDR dan NIM.
Hasil analisis menunjukkan bahwa SBI memiliki hubungan negative dengan ROA sebesar -0.359, sedangkan GWM ditemukan positif sebesar 0.155 terhadap ROA. Hal ini menunjukkan bahwa instrument SBI berdampak menurunkan kinerja ROA, sedangkan parameter GWM berdampak positif dan searah terhadap ROA Bank Sinar Harapan Bali. Jika dianalisis pembentukan kinerja ROA melalui kinerja variabel antara LDR dan NIM, tampak bahwa keduanya memberikan dukungan positif, sehingga apabila hubungan tidak langsung dari kebijakan moneter SBI berperan semakin menguat dimasa depan, maka dampak kinerja negative SBI dapat direduksi melalui peran mediasi LDR dan NIM.
Kebijakan Bank Indonesia dalam rangka peningkatan SBI sebagai instrumen ternyata tidak sejalan dengan kepentingan untuk menumbuhkan dan memperkuat usaha perbankan regional, hal yang mungkin berbeda dengan perbankan swasta nasional yang memiliki jaringan usaha di seluruh Indonesia dengan posii permodalan yang jauh lebih besar, serta dengan dukungan sumber daya pengelola yang lebih professional.
Kata Kunci : Kebijakan Moneter Bank Regional