PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL BONGGOL PISANG DALAM PROSES FERMENTASI LIMBAH MAKANAN MENJADI PAKAN TERNAK
Abstract
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang terhadap proses dan hasil fermentasi limbah makanan menjadi pakan ternak, mengetahui dosis optimum MOL bonggol pisang dan lama waktu optimum MOL bonggol pisang pada fermentasi limbah makanan menjadi pakan ternak. Dalam penelitian ini digunakan MOL bonggol pisang sebagai starter dalam proses pengolahan limbah makanan menjadi pakan ternak. Pada tahap pertama, limbah makanan difermentasi dengan MOL pada dosis yang bervariasi, yaitu K5 (5mL), K10 (10 mL) dan K15 (15 mL). Fermentasi dilakukan selama 7 hari. Selama proses fermentasi dilakukan pengamatan pH, suhu, warna, bau dan uji proksimat. Tahap kedua dilakukan penentuan waktu optimum fermentasi dengan variasi waktu yaitu 3 hari, 7 hari, 10 hari dan 14 hari. Selanjutnya dilakukan fermentasi pada kondisi optimum yaitu dosis MOL 10 ml dan waktu fermentasi 7 hari dan hasil pengamatan diolah dengan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MOL bonggol pisang berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap proses fermentasi dan kualitas pakan yang dihasilkan.
Kata kunci: Limbah makanan, Mikroorganisme lokal bonggol pisang, fermentasi, pakan ternak
ABSTRACT: The aims of the research are to determine the effect of local microorganism (LMO) from banana hump on the process of fermentation of food waste to be able to use as animal food and to find out the optimum dose of banana hump LMO and the optimum time for the fermentation process. In this research, MOL of banana weevil was used as a starter in the process of processing food into feed. At the first time, food was fermented with MOL at varying doses, namely K5 (5mL), K10 (10 mL) and K15 (15 mL). Fermentation was carried out for 7 days. During the fermentation process the pH, temperature, color, odor and proximate tests were tested. The second step was determining the optimal time of fermentation with time variations of 3 days, 7 days, 10 days and 14 days. Furthermore, fermentation was carried out under optimal conditions, namely a 10 ml MOL dose and a fermentation time of 7 days and the observations were processed by ANOVA test. The results showed that the MOL of banana weevil proved significantly (P <0.05) on the fermentation process and the quality of the feed produced.
Downloads
References
[2] Budiyani, Ni Komang., Soniari, Ni Nengah., Sutari, Ni Wayan Sri., 2016, Analisis Kulitas Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang, Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 5 : 63-72
[3] Rifan, Miftahul, 2009, Pengaruh Lama Fermentasi Pakan Komplit dan Silase Tebon Jagung Terhadap Perubahan pH dan Kandungan Nurtien. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang
[4] Winarno, FG., 2002, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
[5] Rohmah, A., Marita, I, J., dan Perdana, I, S., 2017 Pengaruh Pemberian Probiotik Komersial dan Lama Waktu Fermentasi yang Berbeda Pada Limbah Surimi Sebagai Alternatif Tepung Ikan, Prosiding Seminar Nasional Hasil Penlitian dan Pengabdian kepada Masyarakat II Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, 28 September 2017, Hal 225-230
[6] Anggorodi, R., 2005, Ilmu Makanan Ternak Umum, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta
[7] Setiawan, B., 2017, Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Dedak Padi yang Difermentasi dengan Mikroorganisme Lokal, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar
[8] Nuraida , L., S.P. Sukarto dan N. Andarwula.1996. Produksi Minyak Mengandung Asam Gamma Linolenat Oleh Kapang M. inaequisporus M0511/4 Dengan Berbagai Sumber Nitrogen. Jurnal Imu dan Teknologi Pangan I (1) :17-25
[9] Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekoj., 1998, Ilmu makanan ternak dasar, Cetakan Keempat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta