Morfometri Kuku Sapi Putih Taro di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali
Abstrak
Kuku merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena dipergunakan untuk menopang berat badan dan berjalan. Seperti halnya pada hewan lainnya, kuku pada sapi berfungsi untuk melindungi os phalanx III, sebagai tempat hewan menumpu tanah, menahan bobot badan, peredam getar/kejutan saat menumpu ketika berlari dan melompat, serta berfungsi mengalirkan darah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfometri kuku sapi putih taro di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia. Jumlah sampel adalah 26 ekor sapi taro (umur > 3 tahun). Pita ukur dengan satuan cm digunakan untuk pengukuran kuku kaki depan. Pengambilan data dilakukan dengan mengacu pada metode yang digunakan oleh Radiš? et al., (2012). Data yang diperoleh yaitu panjang, lebar, dan tinggi dianalisis secara kuantitatif. Untuk menguji perbedaan antara jantan dan betina digunakan uji T (Independent T-test) prosedur analisis menggunakan program SPSS. Hasil pengukuran kuku kaki depan sapi putih taro jantan diperoleh tinggi kuku adalah 12,08 cm, lebar kuku adalah 21,50 cm, panjang adalah 25,33 cm. Sedangkan pengukuran kuku depan sapi putih taro betina diperoleh tinggi kuku adalah 7,78 cm, lebar kuku adalah 25,00 cm, Panjang kuku adalah 17,57 cm. Secara umum antar kuku kaki depan sapi putih taro jantan dan betina ukurannya tidak berbeda nyata dengan koefisien keragaman kuku kaki depan sapi putih taro jantan dan betina dominan besar yaitu >20%, maka koefisien keragaman dari kuku kaki depan sapi putih taro jantan dan betina tidak seragam.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
Crisdayanti S, Depison, Gushairiyanto, Erina S. 2020. Identifikasi karakteristik morfometrik sapi bali dan sapi brahman cross di Kecamatan Pamenang Barat Kabupaten Merangin. J. Pe. Sriwijaya. 9(2): 11-20.
Draper J, Houghton K. 2000. The complete encyclopedia of the horse: a comprehensive guide to breeds and horse and pony care. United Kingdom: Southwater.
Kacker RN, Panwar BS. 1996. Textbook of equine husbandry. 1st ed. New Delhi:Vikos Publishing House PVT. Ltd.
Komariah, Sumantri C, Nuraini H, Nurdiati S, Mulatsih S. 2015. Performans kerbau lumpur dan strategi pengembangannya pada daerah dengan ketinggian berbeda di Kabupaten Cianjur. J. Vet. 16(4): 606-615.
Martojo H. 2012. Indigenous bali cattle is most suitable for sustainable small farming in indonesia. Reprod. Domest. Anim. 47(1): 10-14.
Partama IBG, Putri BRT, Warmadewi DA, Susila TGO, Bidura IGNG, Aryani GAS, Sumardani LG, Candrawati DPMA, Utami IAP, Wibawa AAPP, Puspani E. 2015. Lembu putih Taro Maskot Kabupaten Gianyar. Cetakan Pertama, Udayana University Press. Denpasar.
Radišć B, Matičić D, Vnuk D, Lipar M, Majić BI, Đitko B, Smolec O, Orak A, Capak H, Kos J. 2012. Measurements of healthy and pathologically altered hooves, their interrelation and correlation with body mass in Simmental breeding bulls. Vet. Arc. 82: 531-544.
Ramey DW. 1995. Horse feather: fact versus myth about your horse’s health. USA: Macmillan Company.
Rakhmawati I, Batan IW, Suatha IK. 2013. Kejadian kuku aladin pada Sapi Bali. Indon. Med. Vet. 2(4): 407-417.
Reni IYE, Widyastuti SK, Utaman IH. 2016. Kelainan bentuk kuku sapi bali kereman yang dipelihara di tanah berdasarkan jenis kelamin. Indon. Med. Vet. 5(3): 226-231.
Santosa U. 2010. Mengelola peternakan sapi secara profesional. Penebar suadaya, Jakarta
Soewarno. 1995. Hidrologi (aplikasi metode statistik untuk analisis data jilid I,) Bandung; Nova.
Sudjana. 1996. Metode statistika. Bandung: Tarsito.
Susari NNW, Suastika P, Agustina KK. 2021. Molecular analysis of Taro and Bali cattle using cytochrome oxidase subunit I (COI) in Indonesia. Biodiversitas. 22(1): 165-172.
Yarisetouw N, Batan IW, Nindhia TS. 2015. Dimensi kuku Sapi Bali. Indon. Med. Vet. 4(5): 474-483.