Tingkat Maturasi Oosit Sapi Bali pada Media TCM 199 dengan Penambahan Hipotaurin
Abstrak
Maturasi oosit merupakan salah satu langkah penting dalam pelaksanaan fertilisasi in vitro untuk pelaksanaan transfer embryo. Oosit hasil koleksi baik secara aspirasi maupun slicing pada umumnya belum mencapai fase MII yang dibutuhkan untuk fertilisasi in vitro sehingga perlu dilakukan maturasi oosit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat maturasi oosit sapi bali pada media TCM 199 dengan penambahan hipotaurin. Oosit berasal dari ovarium yang diperoleh dari rumah potong hewan Pesanggaran Denpasar dan dikoleksi dengan metode slicing. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga kelompok yaitu kelompok I / kontrol (P0: media maturasi tanpa hipotaurin), kelompok II (P1: media maturasi dengan penambahan hipotaurin dengan konsentrasi 2 mMol dan kelompok III (P2: media maturasi dengan penambahan hipotaurin dengan konsentrasi 4 mMol dengan masing-masing kelompok terdiri dari 27 ulangan. Maturasi oosit dilakukan dengan cara inkubasi selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 38,5 0C dengan tekanan CO2 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ekspansi sel kumulus hingga tahap cumulus oocyte complexes (COCs) pada kelompok P1 tidak berbeda nyata dibandingkan kelompok P0 (p>0,05), namun kelompok P2 menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Pada tingkat kematangan inti, penambahan hipotaurin tidak menyebabkan perbedaan yang nyata (p>0,05) pada tingkat GVBD, namun pada tingkat MI terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) antara kelompok P0 dengan P1 dan P2, sedangkan pada tingkat MII tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) antara P0 dengan P1 namun berbeda nyata (p<0,05) antara P0 dengan P2. Dari hasil peneltian dapat disimpulkan bahwa penambahan hipotaurin dengan konsentrasi 4 mM pada media maturasi oosit TCM 199 dapat meningkatkan tingkat ekspansi sel kumulus mencapai COCs dan meningkatkan tingkat kematangan inti mencapai fase MII.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
Agarwal A, S Gupta, RK. Sharma. 2005. Role of oxidative stress in femalereproduction. Reprod. Biol. Endocrinol. 3: 28.
Bintara OA, Setiadi MA, Karja NWK. 2015. Tingkat maturasi dan fertilisasi oosit domba yang dimaturasi dalam media dengan imbuhan b-mercaptoethanol secara in vitro. J. Vet. 16(4): 585-591.
Ciptadi G, Susilawati T, Siswanto B, Karima HN. 2011. Efektifitas penambah hormon gonadotropin pada medium maturasi mSOF terhadap tingkat maturasi oosit. J. Ternak Trop. 12(1): 108-115.
Daoed DM, Ngadiyono N, Widayati DT. 2013. Pengaruh suplementasi fetal calf serum terhadap kemampuan maturasi in vitro oosit sapi. Bul. Peternakan. 37(3): 136-142.
Davachi ND, A Z Shahneh, H Kohram, M Zhandi, S Dashti, H Shamsi, R Moghadam. 2014. In vitro ovine embryo production: the study of seasonal and oocyte recovery method effects. Iran Red. Crescent. Med. J. 16(9): e20749.
Donnelly ET, Mcclure N, Lewis SEM. 2000. Glutathione and hypotaurine in vitro: effects on human sperm motility, DNA integrity and production of reactive oxygen species. Mutagenesis. 15(1): 61-68.
Faraq IM, SM Girgis, WKB Khalil, NHA Hasan, AAM Sakr, SM Abd Allah, NI Ali. 2009. Effect of hormones, culture media and oocyte qualition in vitro maturation of Egyptian sheep oocytes. J. Appl. Biosci. 24: 1520-1534.
Gabr Sh A, AE Abdel-Khalek, IT El-Ratel. 2015. Evaluation of some factors affecting quantity, quality and in vitro maturation of buffalo oocytes. Asian J. Anim. Vet. Adv. 10(1): 1-13.
Guerin P, EL Mouatassim, Y Menezo. 2001. Oxidative stress and protection against reactive oxygen species I the pre-implantasion embrio and its surroundings. Hum. Reprod. 7: 175-189.
Guerin P, J Guillaud, Y Menezo. 1995. Hypotaurin in sopermatozoa and genital secretions and its production by oviduc epithelia cells in vitro. Hum. Reprod. 10(4): 866-872.
Gupta S, Malhotora N, Sharma D, Chandra A, Agarwal A. 2008. Oxidative stress and its role in female infertility and assisted reproduction: clinical implication. J. Fertil. Steril. 2(4): 147-164.
Harissatria. 2012. Persentase kematangan oosit kerbau dengan penambahan sel folikel kerbau dan sapi secara in vitro. J. Ilmiah Tambua. 11(3): 342-348.
Miclea I, N Pacala, A Hettiq, M Zahan, V Miclea. 2012. Alpha-Tacopherol and ascorbic acid combination influence the maturation of sheep oocytes. Anim. Sci. Biotechnol. 45(1).
Nurcahyo H, Ciptono. 2013. Maturasi oosit dan fertilisasi in vitro menggunakan kultur sel granulosa folikel ovarium. Laporan Tahunan Hibah Bersaing. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Pecci L, Fontana M, S Dupre, M Costa, D Cavallini. 2000. Hypotaurine and superoxide dismutase protection of enzyme against inactivation by hydrogen peroxide and peroxidation to taurine. Adv. Exp. Med. Biol. 483: 163-168.
Pemayun TGO, L Mahaputra, Ismudiono, Soetjipto. 2012. Kadar prostaglandin F2 alfa pada produk biakan sel monolayer vesikula seminalis dan endometrium sapi bali dengan penambahan hipotaurin. J. Ked. Hewan. 6(1): 11-15.
Puspitasari E, Trilaksana IGNB, Pemayun TGO. 2017. Penambahan α-tocopherol pada media DMEM sebagai media maturasi oosit sapi bali hasil koleksi dari ovarium. Tesis. Magister Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Denpasar.
Sayuti A, TN Siregar, M Akmal, Hamdan, Hamdani. 2007. Pengaruh ukuran dan jumlah folikel per ovari terhadap kualitas oosit kambing lokal. J. Ked. Hewan. 1(1): 36-42.
Tadolini B, G Pintus, GG Pinna, F Bennardini, F Franconi. 1995. Effects of taurine and hypotaurine on lipid peroxidation. Biochem. Biophys. Res. Commun. 213: 820-826.
Vadková, R Rajmon, J Petr, P Klabanová, F Jílek. 2008. Effect of genistein and genistin on in vitro maturation of pig oocytes. Czech J. Anim. Sci. 53(1): 1-8.
Van Soom A, Yuan YQ, Peelman IJ, de Matos DG, Dewulf J, Laevens H, de Kruif A. 2002. Prevalence of apoptosis and inner cell allocation in bovine embryos cultured under different oxygen tensions with or without cysteine addition. Theriogenol. 57(5): 1453-1465.
Wang ZG, SD, Yu, ZR, Xu. 2007. Effect of collection methods on recovery efficiency, maturation rate and subsequent embryonic developmental competence of oocytes of oocytes in holstein cow. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 20(4): 496-500.
Wattimena J. 2011. Pematangan oosit domba secara in vitro dalam berbagai jenis serum. J. Agrinimal. 1: 22-27.
Yulnawati. 2006. Optimalisasi produksi embrio domba secara in vitro: penggunaan medium cr1aa dan pengaruh status reproduksi ovarium. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.