Perkembangan Folikel dan Munculnya Estrus setelah Penyuntikan GnRH pada Sapi Bali yang Mengalami Anestrus Postpartum dengan Body Condition Score Berbeda
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan folikel dan munculnya estrus setelah penyuntikan GnRH pada sapi bali yang mengalami anestrus postpartum lebih dari tiga bulan dengan body condition score (BCS) berbeda di Kabupaten Badung, Bali. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok I : sapi bali yang mengalami anestrus postpartum dengan BCS 2, kelompok II : sapi bali yang mengalami anestrus postpartum dengan BCS 3 , kelompok III : sapi bali yang mengalami anestrus postpartum dengan BCS 4 dan masing-masing kelompok terdiri dari 9 ulangan . Ketiga kelompok sapi ini disuntik GnRH (Fertagyl,Intervet Inc) dengan dosis 500µg/im/ekor. Hasil penelitian menunjukkan rataan ukuran folikel sebelum penyuntikan GnRH adalah 4.03 + 0.21 mm, 4.60 + 0.18 mm, 4.56 + 0.22 mm masing-masing untuk BCS 2, BCS 3 dan BCS 4 dan rataan ukuran folikel setelah penyuntikan GnRH adalah 7.08 + 0.42mm, 11.06 + 0.40mm dan 11.99 + 0.33 masing-masing untuk BCS 2, BCS 3 dan BCS 4 dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Waktu munculnya estrus pada ketiga kelompok perlakuan adalah 7.75 + 0.89 hari, 4.63 + 0.52 hari dan 3.63 + 0.52 hari, masing-masing untuk BCS 2, BCS 3 dan BCS 4 dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Ukuran diameter folikel terbesar diperoleh pada sapi bali yang mempunyai BCS 4 yaitu sebesar 11,99 + 0,33 mm dengan waktu munculnya estrus 3.63 + 0.52 hari. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyuntikan GnRH 500µg, mampu meningkatkan perkembangan folikel dan menginduksi munculnya estrus pada sapi bali yang mengalami anestrus postpartum.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
Besung INK, Watiniasih NL, Mahardika IGNK, Agustina KK, Suwiti NK. 2019. Mineral levels of Bali cattle (Bos javanicus) from different types of land in Bali, Nusa Penida, and Sumbawa Islands (Indonesia). Biodiversitas. 20(10): 2931-2936.
Bossis I, Wettemann RP, Welly SD, Vizcarra JA, Spiceer LJ, Diskin MG. 1999. Nutionally induced anovulation in beef heifers ovarian and endocrine function presceeding cessation of ovulation. J. Anim. Sci. 77: 1536-1546.
Budiyanto A, Thopianong TC, Triguntoro, Dewi HK. 2016. Gangguan reproduksi sapi bali pada pola pemeliharaan semi intensif di daerah sistem integrasi sapi – kelapa sawit. Acta Veterinaria Indonesiana. 4(1): 14-18
Budiyanto A. 2018. Faktor Gangguan Reproduksi Di Indonesia Dalam Manajemen Breeding Sapi Potong. Disampaikan dalam acara refreshing untuk Dosen Pembimbing Lapangan Koassistensi, Departemen Reproduksi FKH UGM, 21 September 2018.
Buttler WR. 2000. Nutritional interaction with reproduktive perfomance in dairy cattle. Anim. Reprod. Sci. 60-61: 449-457.
Diskin MG, Mackey DR, Roche JF, Sreenan JM. 2003. Effects of nutrition and metabolic status on circulating hormones and ovarian follicle develpoment cattle. Anim. Reprod. Sci. 78: 345-370.
Hafez ESE. 2000. Reproduction in farm animal. Edition 7th Ed. Lippncott Williams & Wilkins. Maryland. USA.
Kesler DJ, Garverick HA. 1982. Ovarian cysts in dairy cattle: A review. J. Anim. Sci. 55: 1147-1159.
Laksmi DNDI, Trilaksana IGNB, Darmanta RJ, Darwan M, Bebas IW, Agustina KK. 2019. Correlation between body condition score and hormone level of Bali cattle with postpartum anestrus. Indian J. Anim. Res. 53(12): 1599-1603.
Liefers S. 2004. Physiologi and Genetics of Leptin in Periparturient Dairy Cows. (Ph.D. Thesis). Animal Breeding and Genetics, Wageningen University, Wanginengen and Division of Animal Resources Development, Animal Science Group, Lelystad. ISBN 90-5808-998-3.
Mihm M, Bleach ECL. 2003. Endocrine regulation of ovarian antral follicle development in cattle. Anim. Reprod. Sci. 78: 217-237.
Miller DW, Blanche D, Boukhliq R, Curlewis JD, Martin GB. 1998. Central metabolic messenger and the effect of nutrition on gonadotrophin scretion in sheep. J. Reprod. Fertility. 112: 347-356.
Nitis IM, Lana K, Sukanten W, Pemayun TGO, Puger AW. 1994. Growth and Reproductive Performance of Bali Heifer under Three Strata Forage System. Report to FAO. Project No. AGAP-653AN 40/5. Rome.
Noakes DE, Geoffrey HA, Timothy JP, Gary CWE. 2001. Arthur’s Veterinary Reproduction and Obstetrics, l Eighth Editions. Elsevier Health Sciences.
Opsomer G, Grohn YT, Hertl J, Coryn M, Deluyker H, de Kruif A. 2000. Risk factors for post partum ovarian dysfunction in high producing cows in Belgium: A field study. Theriogenology. 53: 841–857.
Pemayun TGO. 2009. Induksi estrus dengan PMSG dan GnRH pada sapi perah anestrus postpartum. Buletin Veteriner Udayana 1(2): 83-87.
Putro P. 2014. Dinamika folikel ovulasi setelah perlakuan sinkronisasi estrus dengan implan progesteron intravagina pada sapi perah. J. Sain Vet. 31(2): 128-137.
Yavas Y, Walton J. 2003. Postpartum acyclicity in suckled beef cows: A review Theriogenology. 54(1): 25–55.