Keanekaragaman dan distribusi lumut terestrial di lereng selatan Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah

  • Heri Sujadmiko Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
  • Adin Fikri Al Farabi Universitas Gadjah Mada

Abstract

Gunung Lawu merupakan gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah yang memiliki iklim cenderung basah dan Jawa Timur yang cenderung kering. Kenyataan tersebut menjadikan Gunung Lawu memiliki kondisi lingkungan yang khas sebagai tempat tumbuhnya berbagai macam tumbuhan, khususnya tumbuhan lumut. Lumut memiliki peran penting dalam ekosistem hutan pegunungan. Penelitian mengenai keanekaragaman dan distribusi lumut terestrial di lereng timur Gunung Lawu telah ada publikasinya, sedangkan di lereng selatan belum ada publikasinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman dan distribusi lumut terestrial di lereng selatan Gunung Lawu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penjelajahan untuk menentukan keanekaragaman lumut dan metode kuadrat dengan plot 15x15 cm untuk menentukan distribusi lumut. Analisis distribusi ditentukan berdasarkan Dominansi, Densitas, Frekuensi, dan Nilai Penting. Hasil identifikasi lumut yang dikoleksi yaitu Marchantia palmata Reinw., Nees & Blume, Marchantia polymorpha L., Asterella limbata D.G. Long & Grolle, Reboulia hemisphaerica (L.) Raddi, Scapania javanica Gottsche, Heteroscyphus coalitus (Hook.) Schiffn., Bazzania tridens (Reinw., Blume & Nees) Trevis., Anthoceros fusiformis Aust., Fissidens zollingeri Mont., Polytrichum formosum Hedw., Thuidium plumulosum Dozy & Molk., Ectropothecium buitenzorgii Mitt., Acroporium lamprophyllum Mitt., Leucobryum javense Mitt., Campylopus umbellatus Par., Dicranoloma assimile Par., Dicranella setifera Jaeg., Plagiomnium rhynchophorum (Hook.) T.J. Kop., Philonotis mollis Mitt., Bryum billardieri Schwagr., dan Pyrrhobryum spiniforme Mitt. Dari 21 spesies tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hepaticopsida, Anthocerotopsida, dan Bryopsida. Spesies lumut dengan distribusi yang luas dan merata yaitu Acroporium lamprophyllum dengan indeks nilai penting sebesar 60,14%.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Ajayi S, Obi RL. 2015. Tree Species Composition, Structure and Importance Value Index (IVI) of Okwangwo Division, Cross River National Park, Nigeria. International Journal of Science and Research, 5(12): 85-87.
Amalia NA. 2022. Keanekaragaman Lumut di Candi Plaosan Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.
Bartram EB. 1972. Mosses of the Philippines. Lubracht & Cramer Ltd: New York.
Crandall-Stotler BJ, Bartholomew-Began, SE. 2007. Morphology of mosses (Phylum Bryophyta). Flora of North America North of Mexico 27: 3-13.
Craine JM, Engelbrecht BM, Lusk CH, McDowell NG, Poorter H. 2012. Resource limitation, tolerance, and the future ecological plant classification. Frontiers in plant science, 3(246): 1-10.
Enroth J. 1990. Altitudinal zonation of bryophytes on the Huon Peninsula, Papua New Guinea. A floristic approach, with phytogeographic considerations. Tropical Bryology, 2(2-6): 61-90.
Fanani MB, Afriyansyah, Haerida, I. 2019. Keanekaragaman Jenis Lumut (Bryophyta) Pada Berbagai Substrat di Bukit Muntai Kabupaten Bangka Selatan. EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi, 4(2): 43-47.
Frahm JP. 2003. Manual of Tropikal Bryology. An International Journal on The Biology of Tropical Bryophytes, 23: 39-57.
Glime JM. 2013. Bryophyte Ecology. Vol 1. Michigan Technological University and International Association of Bryologist. Ch 2, 4, 5 & 7: 1-10.
Glime JM. 2017. Bryophyte Ecology. Vol 1. Michigan Technological University and International Association of Bryologist. Ch 4-5: 2-18.
Gradstein SR. 2011. Guide to the Liverworts and Hornworts of Java. Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology: Bogor.
Lukitasari M. 2018. Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Deskripsi, Klasifikasi, Potensi, dan Cara Mempelajarinya. AE Media Grafika: Magetan.
Lusiani MS, Yuningsih A. 2018. Inventarisasi keanekaragaman lumut di kawasan lereng timur Gunung Lawu Magetan Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Sabuk Gunung Lawu, 1(1):19-23.
Mandl NA, Kessler M, Gradstein SR. 2009. Effects of environmental heterogeneity on species diversity and composition of terrestrial bryophyte assemblages in tropical montane forests of southern Ecuador. Plant Ecology & Diversity, 2(3): 313-321.
Pollawatn R. 2008. Systematic treatment of Sematophyllaceae (Musci) in Thailand. Doctoral dissertation, Bonn, Univ., Diss.
Proctor MCF. 2000. The bryophyte paradox: tolerance of desiccation, evasion and drought. Plant Ecology, 151: 41–49.
Rahayu KP, Seyo R. 2006. Laporan Penelitian Profil Keanekaragaman Flora Fauna, Peta Penutupan Vegetasi, Kerusakan Lingkungan, dan Konsep Pengembangan Ekowisata di Gunung Lawu. LPPM UNS. Surakarta.
Sari DP, Karyanto P, Muzayyinah. 2015. Studi Avifauna Gunung Lawu berdasarkan Distribusi Altitudinal. Biogenesis 3(2): 81-86.
Setyawan AD, Sugiyarto. 2001. Keanekaragaman Flora Hutan Jobolarangan Gunung Lawu: 1. Cryptogamae. Biodiversitas 2(1): 115-122.
Steenis CGGJ. 2010. Flora Pegunugan Jawa. LIPI Press: Bogor.
Sujadmiko H, Vitara PE. 2021. Tumbuhan Lumut di Kampus UGM. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Suleiman M, Masundang DP, Akiyama H. 2017. The mosses of crocker range park, Malaysian Borneo. PhytoKeys, (88): 71-107.
Sun SQ, Wu YH, Wang GX, Zhou J, Yu D, Bing HJ, Luo J. 2013. Bryophytes species richness and composition along an altitudinal gradient in Gongga Mountain, China. PloS one, 8(3): 1-10.
Published
2023-03-25
How to Cite
SUJADMIKO, Heri; AL FARABI, Adin Fikri. Keanekaragaman dan distribusi lumut terestrial di lereng selatan Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah. Jurnal Biologi Udayana, [S.l.], v. 27, n. 1, p. 1-13, mar. 2023. ISSN 2599-2856. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/bio/article/view/93925>. Date accessed: 25 apr. 2024. doi: https://doi.org/10.24843/JBIOUNUD.2023.v27.i01.p01.