Etnobotani pewarna alami kain tenun futus Suku Dawan di Kabupaten Timor Tengah Utara
Abstract
Futus merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat Suku Dawan merujuk pada kain tenun yang dihasilkan dengan teknik ikat yang diaplikasikan dalam proses pewarnaan benang. Kain tenun ini merupakan salah satu kearifan lokal turun temurun di Suku Dawan Kabupaten Timor Tengah Utara. Proses pewarnaan adalah tahap penting dalam proses pengolahan kain tenun tersebut yang menggunakan tumbuhan sebagai zat pewarna. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan jenis tumbuhan pewarna alami kain tenun ikat, organ tumbuhan yang digunakan dan bagaimana proses pengolahannya. Metode wawancara semi-terstruktur digunakan dalam diskusi kelompok terarah pada 38 responden yang merupakan pengrajin tenun. Penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat 17 spesies dari 12 famili tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pewarna kain tenun ikat masyarakat suku Dawan di Kabupaten Timor Tengah Utara. Kunyit (Curcuma longa L.) adalah tumbuhan yang paling banyak digunakan. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai bahan pewarna yaitu daun, diikuti rimpang, akar, kulit batang, buah dan biji. Pengolahan tumbuhan menjadi pewarna kain tenun ikat terdiri atas dua cara yakni direbus dan tanpa perebusan yang masing-masing menghasilkan warna berbeda dengan campuran fiksatif yang berbeda pula.
Downloads
References
Angendari MD. 2014. Pengaruh jumlah tawas terhadap pewarnaan kain katunmenggunakan ekstrak kulit bawang merah. Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi Dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN” Jurusan PTBB FT UNY, 83–92.
Atti AH, Boro TL, Mauboy RS. 2018. The inventory species of natural producing herbs and their use traditionally in community lives in boti Village of Kie Subdistrict at South Central Timor. Jurnal Biotropikal Sains 15(1): 44–56.
Efendi M, Hapitasari IG, Rustandi, Supriyatna A. 2016. Inventarisasi tumbuhan penghasil pewarna alami di kebun raya cibodas. Jurnal Bumi Lestari 16(1): 50–58.
Harbelubun AE, Kesaulija EM, Rahawarin YY. 2005. Tumbuhan Pewarna Alami dan Pemanfaatannya secara Tradisional oleh Suku Marori Men-Gey di Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke Natural colourant plant and the use of traditionally by tribe of Marori Men-Gey in. 6(282): 281–284.
Hartati SY, Balittro. 2013. Perkebunan_KhasiatKunyit.pdf. In Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 19(2): 5–9.
Hasidah, Mukarlina, Rousdy DW. 2017. Kandungan pigmen klorofil, karotenoid dan antosianin Daun Caladium. Protobiont 6(2): 29–36.
Hidayat N, Saati EA. 2006. Membuat pewarna alami. Surabaya : Trubus Agrisarana. https://opac. perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=659440
Ledoh DY, Sabuna ACH, Daud Y. 2021. Pemanfaatan tumbuhan dalam proses pewarnaan kain tenun ikat di Pulau Ndao, Desa Ndao Nuse, Kabupaten Rote Ndao. Indigenous Biologi 4(2): 37–45.
Marnoto T, Haryono G, Gustinah D, Putra FA. 2012. Ekstraksi tannin sebagai bahan pewarna alami dari tanaman putrimalu (Mimosa pudica) menggunakan pelarut organik. Reaktor 14(1): 39–45.
Melati HA, Ratih Y, Kartika M. 2019. Pelatihan Teknik Pencelupan Dan Pengikatan Warna Benang Kepada Perajin Tenun Corak Insang Di Kota Pontianak. International Journal of Community Service Learning 3(3): 138–144.
Muflihati, Wahdina, Kartikawati SM, & Wulandari RS. 2019. Natural Dye Plants for Traditional Weaving in Sintang and Sambas Regencies, West Kalimantan. Media Konservasi 24(3): 225–236.
Murniati, Takandjandji M. 2015. Tingkat pemanfaatan tumbuhan penghasil warna pada usaha tenun ikat di Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Penelitian Tanaman Hutan 12(3): 223–237.
Naisumu YG, Bria EJ, Obenu NM. 2022. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Pewarna Alami Kain Tenun Buna Di Desa Fafinesu Kecamatan Insana Fafinesu , Kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal Biologi Indonesia 18(1): 11–18.
Nilamsari Z, Giari N. 2018. Uji coba pewarna alami campuran buah secang dan daun mangga pada kain katun prima. Jurnal Seni Rupa 6(01): 839–847.
Nomleni FT, Sabuna AC, Sanam, SD. 2019. Tumbuhan Pewarna Alami Kain Tenun Ikat Suku Meto Di Kecamatan Nunkolo, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Indigenous Biologi: Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi 2(1): 34–41.
Obenu NM, Bria EJ..2021.. Ethnobotany medicinal plants of dawan ethnic in North Central Timor Regency. BIOTROPIKA 9(3): 246–252.
Priangga IKS, Sudarmawan A, Sura IGN. 2016. Pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem. Jurnal Pendidikan Seni Rupa 6(1): 1-12.
Pujilestari T. 2014. Pengaruh ekstraksi zat warna alam dan fiksasi terhadap ketahanan luntur warna pada kain batik katun. Dinamika Kerajinan Dan Batik 31(1): 31–40.
Pujilestari T. 2015. Review : sumber dan pemanfaatan zat warna alam untuk keperluan industri. Dinamika Kerajinan Dan Batik 32(2): 93–106.
Puspaningtyas D E. 2013. The Miracle of Fruits (N. Opi (ed.)). Agromedia Pustaka.
Rizeki C, Achir S. 2015. Pengaruh tingkat komposisi bubuk biji pepaya dan bubuk kulit manggis terhadap hasil pewarnaan rambut beruban. Jurnal Tata Rias 4(1): 25–32.
Santa EK, Mukarlina, Linda R. 2015. Kajian etnobotani tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alami oleh Suku Dayak Iban di Desa Mension, Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Protobiont 4(1): 58–61.
Siombo MR. 2019. Kearifan Lokal Dalam Proses Pembuatan Tenun Ikat Timor (Studi Pada Kelompok Penenun Di Atambua-Ntt). Bina Hukum Lingkungan 4(1): 97–112. h
Siva R. 2007. Status of natural dyes and dye-yielding plants in India. Current Science 92(7): 916–925.
Sukanadi IM. 2018. Teknik dan pengembangan desain tenun lurik. BP ISI Yogyakarta.