PEWARISAN NILAI-NILAI TRADISI NYALE DI SUMBA MELALUI KARYA SASTRA
Abstract
Pewarisan tradisi nyale (nyale dan pasola) melalui karya sastra perlu dilakukan. Hal ini menjadikan tradisi yang berada dalam jangkauan penyebaran terbatas, dapat terpublikasi dengan menembus batas yang lebih luas. Artikel ini akan membahas apa saja yang perlu digali dan bagaimana langkah-langkah kerja yang penting dilakukan agar pewarisan ini dapat berjalan dan berhasil dengan baik. Masalah utamanya adalah bagaimana hakikat nyale dan pasola; mitos-mitos nyale dan pasola; dan pewarisan tradisi lisan nyale dan pasola melalui karya sastra. Pertanyaan ini dijawab melalui penelitian lapangan secara kualitatif partisipatif dan studi pustaka, didukung teori tradisi lisan, teori mitos, dan teori alih wahana. Hasilnya menjelaskan bahwa nyale dan pasola adalah satu tradisi yang menggarisbawahi pentingnya kejujuran dan ungkapan syukur akan hasil panen. Makna nyale dan pasola adalah kebersamaan hidup dalam komunitas pendukung tradisi pasola, topaholong (pelaku pasola/penunggang kuda), peran kuda dalam pasola, peran tua adat, kearifan tradisional, sebagai ajaran hidup adalah hal utama. Hal utama lainnya seperti nilai-nilai berkorban yang terungkap melalui mitos tentang padi dan nale/nyale (cacing aut) yang lahir dari kematian, khususnya yatim piatu dan janda adalah simbol solidaritas masyarakat pendukung tradisi dalam menentukan arah hidup. Makna dan nilai ini menjadi kekuatan utama dalam menulis karya sastra.