SATIRE SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PROTES AKSI DEMONSTRASI #TOLAKOMNIBUSLAWCIPTAKERJA (Studi Kasus: Aksi Demonstrasi Penolakan Omnibus Law di Bali Pada Oktober 2020)
Abstract
Poster memiliki peranan penting dalam aksi demonstrasi. Berbeda dengan aksi demo pada masa lampau, demonstrasi sekarang diwarnai dengan pembawaan poster dengan kalimat satire yang ditujukan kepada target poster. Tulisan didalam poster menjadi focus persoalan, ketika makna sebenarnya ditujukan kepada target hingga mampu melampaui batasan semestinya. Bagaimana satire mampu menjadi suatu kritik untuk menyerang hegemoni berkuasa dengan mengandalkan kata-kata. Demo terkait penolakan omnibus law cipta kerja yang disahkan oleh pemerintah menjadi titik bagaimana penulis ingin menginterpretasikan poster sebagai media komunikasi protes terhadap pemerintah. Beragam poster dari berbagai kalangan masyarakat yang dipamerkan dimedia sosial Instagram membuat partisippasi masyarakat terhadap isu semakin meningkat. Teori kritik hegemoni Antonio Gramsci dan metode analisis semiotika Roland Barthes memegang peranan penting pada kajian penelitian ini untuk menafsirkan makna pada poster. Penelitian ini berjenis kualitatif, didukun dengan teknik pengumpulan data observasi non-partisipatif, studi pustaka dan wawancara.
Kata Kunci: Satire, Kritik Hegemoni, Analisis Semiotika, Instagram