Vokal Bahasa Jepang Penutur Bali Perempuan ditinjau dari Aspek Pendidikan

Abstract

Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang diperoleh oleh peserta didik, baik di tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan Perguruan Tinggi. Bahasa Jepang memiliki konsonan rangkap dan bunyi vokal yang dipanjangkan (dua ketukan) yang berfungsi sebagai pembeda arti (Sutedi, 2003: 26), sehingga para pembelajar bahasa secara tidak langsung diajarkan untuk melafalkan vokal panjang dan intonasi. Pada penelitian ini juga dibandingkan vokal dan intonasi pengucapan antara pembelajar bahasa Jepang yang baru memperoleh bahasa Jepang selama 1,5 tahun, yaitu siswi SMK dibandingkan dengan perempuan yang sudah mempelajari bahasa Jepang lebih dari 7 tahun dan sekarang sedang bekerja di travel agent. Variasi sosial yang diamati adalah faktor pendidikan dan juga lama studi Bahasa Jepang. Dalam penelitian ini menggunakan lima informan, yaitu dua siswi SMK, dua perempuan S1 serta seorang wanita Jepang. Metode pengumpulan data digunakan dengan metode wawancara, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat, kemudian data-data yang dianalisis, diinput ke software speech analyzer, untuk mengetahui panjang gelombang bunyi vokal para informan dan dibandingkan. Pada penelitian ini juga menggunakan kajian teori yaitu fonetik akustik. Hasil penelitian diperoleh bahwa siswi SMK yang baru mempelajari Bahasa Jepang selama 1,5 tahun, belum bisa membedakan vokal panjang dan vokal pendek jika dibandingkan dengan perempuan yang sudah mempelajari Bahasa Jepang hampir 7 tahun, dan sudah bisa memberikan intonasi untuk beberapa data.  Serta ditemukan beberapa kecendrungan bahwa orang Bali menggunakan vokal [o] untuk bunyi diawal, sedangkan orang Jepang menggunakan vokal [O].