Laporan Kasus: Kombinasi Trimethoprim dan Sulfamethoxazole sebagai Terapi Enteritis akibat Infeksi Isospora spp. pada Kucing Betina
Abstract
Kucing merupakan salah satu hewan yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kucing termasuk salah satu hewan kesayangan yang perlu mendapat perhatian dalam aspek pemeliharaan dan pengembangbiakkan. Kendala yang kerap ditemukan pada pemeliharaan kucing adalah rentannya kucing terhadap infeksi parasit. Parasit yang sering ditemukan pada kucing, yaitu Isospora felis, Isospora rivalta, dan Toxoplasma gondii. Kucing yang terinfeksi Isospora spp. umumnya menunjukkan gejala klinis diare, muntah, dehidrasi, hilang nafsu makan, dan penurunan bobot badan. Hewan kasus merupakan seekor kucing betina berumur tiga bulan, berwarna coklat dengan bobot badan 1,1 kg. Kucing dibawa oleh pemiliknya untuk diperiksa dengan keluhan abdomen membesar disertai diare berwarna cokelat yang disertai bercak darah selama seminggu, intensitas diare dapat terjadi lebih dari lima kali sehari. Pemeriksaan fisik secara inspeksi menunjukkan mukosa mulut dan anus terlihat merah muda pucat, abdomen terlihat membesar, terdapat sisa kotoran di sekitar anus, saat dipalpasi abdomen mengencang seperti terdapat cairan, dan saat diauskultasi terdengar suara borborygmus. Pada pemeriksaan feses menggunakan metode apung ditemukan ookista Isospora spp. Kucing didiagnosis mengalami koksidiosis dengan infeksi Isospora spp. Terapi yang diberikan berupa pemberian antibiotik trimethoprim dan sulfamethoxazole dengan dosis yang diberikan per kg bobot badan adalah 35 mg sulfamethoxazole dan 6,5 mg trimethoprim atau 0,8 mL/kg BB per oral ; selama lima hari; dan pemberian sirup kaolin-pektin 1 mL/kg BB peroral setiap 12 jam selama dua hari. Terapi suportif diberikan multivitamin sebanyak satu kali sehari peroral selama lima hari. Evaluasi kondisi hewan kasus pada hari kelima terapi menunjukkan adanya perbaikan kondisi yang ditandai dengan perubahan konsistensi feses dari cair menjadi padat, serta hewan kasus sudah mau makan dan minum dengan normal. Saat evaluasi feses, tidak ditemukannya ookista sporulasi maupun nonsporulasi sehingga kucing dinyatakan sembuh.