PENYELESAIAN KASUS TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MELALUI KEADILAN RESTORATIF DALAM PERSPEKTIF SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
Abstract
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji efektivitas keadilan restoratif terhadap individu yang melakukan penganiayaan dan masih di bawah umur. Penelitian ini menerapkan metode normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan kerja sama. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penerapan keadilan restoratif lebih efisien dibandingkan dengan hukuman konvensional pada umumnya. Dalam konteks ini, keadilan restoratif memberikan alternatif yang memungkinkan pelaku menerima sanksi sambil menjaga masa depan mereka dalam masyarakat. Hukum konvensional dalam prakteknya belum terbukti keefektifannya dalam mencegah terjadinya tindak pidana. Maka dari itu keadilan restoratif diperlukan untuk memyelesaikan suatu perkara dan menjadi upaya yang baik untuk memberikan binaan dan pendidikan bagi pelaku. Setelah menerima binaan dan pendidikan yang tepat, pelaku tindak pidana ini akan menjadi agen di masyarakat untuk mencegah terulangnya kejahatan tersebut.
This study seeks to evaluate the effectiveness of restorative justice mechanisms as applied to juvenile offenders involved in acts of maltreatment. The research adopts a normative juridical method, employing both statutory and conceptual approaches. The findings indicate that restorative justice offers a more expedient and constructive alternative to conventional penal measures. Within this framework, restorative justice facilitates the imposition of appropriate sanctions while simultaneously preserving the juvenile offender’s prospects for reintegration into society. Traditional punitive systems, as currently implemented, have demonstrated limited efficacy in deterring criminal conduct. Consequently, restorative justice emerges as a necessary and viable means of resolving juvenile delinquency cases. It also serves as a rehabilitative tool, fostering moral development and social responsibility among offenders. Through comprehensive guidance and educational efforts, juvenile perpetrators may ultimately assume a proactive role in preventing the recurrence of such offenses within their communities.
